GRESIK- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan LafargeHolcim mengumumkan perjanjian jual beli bersyarat untuk mengambilalih 6,17 miliar lembar saham atau 80,6 persen saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) senilai USD 917 juta pada 12 November 2018.
Transaksi akuisisi ini akan dilakukan melalui PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) yang merupakan anak perusahaan Semen Indonesia.
Aksi korporasi SMGR ini mendapat respon positif dari pelaku pasar modal. Sehari setelah pengumuman perjanjian bersayarat, saham SMCB terkerek 105 poin ke posisi Rp 2.010 per saham atau naik 5,51 persen atau. Total frekuensi perdagangan saham 5.630 kali dengan nilai transaksi Rp 104,6 miliar. Pada hari yang sama, saham SMCB sempat berada di level tertinggi 2.100 dan terendah 1.940 per saham.
Saham SMGR juga naik meski terbatas, naik 0,82 persen ke posisi Rp 9.225 per saham. Sempat melemah 75 poin dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di posisi 9.150 per saham. Namun, Total frekuensi perdagangan saham 2.232 kali dengan nilai transaksi Rp 62 miliar.
Dirut Semen Indonesia, Hendi Prio Santoso dalam keterangan tertulis mengatakan akuisisi saham itu akan memperkuat jaringan penjualan dan produksi yang lebih luas serta meningkatkan kemampuan untuk menawarkan produk yang semakin beragam bagi para pelanggan, serta menawarkan berbagai peluang yang lebih baik bagi para karyawan, pemasok, para rekanan dan pemangku kepentingan perusahaan.
“Akuisisi ini juga akan menjadikan Semen Indonesia Group sebagai perusahaan semen terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan kapasitas 53 juta ton semen per tahun,” kata Hendi.
LafargeHolcim dalam keterangan tertulis menyatakan pihaknya melepas seluruh saham kepemilikannya 80,65 persen di SMCB senilai USD 1,75 miliar atau sekitar Rp 25,97 triliun (asumsi kurs Rp 14.840 per dolar AS).
Divestasi saham itu juga mencakup keseluruhan aset operasional LafargeHolcim di Indonesia. Holcim Indonesia mengoperasikan empat pabrik semen, 33 batching plant beton siap pakai, dan termasuk dua tambang agregat.
CEO LafargeHolcim, Jan Jenisch, menuturkan, divestasi ini adalah bagian dari implementasi strategi terbaru LafargeHolcim 2022-Building for Growth. “Kami berkomitmen untuk mendivestasikan senilai minimum 2 miliar chf hingga 2019. Pengumuman ini merupakan salah satu tonggak penting dalam pencapaian target divestasi dan komitmen kami untuk meningkatkan kinerja keuangan. Penerimaan dari hasil divestasi akan sangat membantu peningkatan debt to ratio dengan target dua kali net debt to recurring ebitda yang diharapkan tercapai pada akhir 2019,” terang Jan.
Selanjutkan, berdasarkan pasal 7 ayat (1) huruf b POJK 9/2018, setelah transaksi pengambilalihan saham ini terlaksana, Dalam hal ini PT Semen Indonesia Industri Bangunan sebagai anak usaha perseroan sebagai calon pengendali langsung baru dan SMGR sebagai calon pengendali tidak langsung baru pada Holcim Indonesia akan menyampaikan pernyataan Penawaran Tender Wajib atas 1.483.287.180 lembar saham (atau setara 19.4%) kepemilikan saham Holcim Indonesia yang dimiliki oleh pemegang saham publik, kepada OJK.
Holcim Indonesia didirikan pada tahun 1971 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1977. Sebesar 80,6 persen saham Holcim Indonesia dimiliki oleh Holderfin BV (yang dimiliki oleh LafargeHolcim) dan sisanya 19,4 persen dimiliki oleh pemegang saham publik.
Holcim Indonesia memiliki 4 pabrik semen di Lhok Nga (Aceh), Cibinong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Tuban (Jawa Timur), dengan kapasitas 14,8 juta ton per tahun dan 30 fasilitas ready-mix serta memiliki terminal distribusi di Sumatera dan Kalimantan.
Pada tahun 2017, Holcim Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 9,4 triliun (setara USD 701 juta).
Semen Indonesia didirikan pada 1957 di Gresik, dengan nama PT Semen Gresik. Pada tahun 1995, Semen Indonesia melakukan konsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group. Pada tahun 2013, Semen Gresik Group berubah menjadi Semen Indonesia Group sebagai strategic holding company yang menaungi PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan Thang Long Cement JSC.
Semen Indonesia Group dengan kapasitas terpasang sekitar 38,2 juta ton semen per tahun tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1991, dengan kepemilikan saham saat ini 51 persen dimiliki pemerintah, dan 49 persen oleh publik.(RD)