SURABAYA, investorjatim – PT Suparma Tbk (SPMA) tengah menyiapkan investasi baru yakni Paper Machine No. 11 yang akan menghasilkan produk tisu dengan anggaran sebesar USD 23 juta. Mesin baru ini diharapkan akan menambah kapasitas terpasang produksi tisu sebanyak 27.000 MT atau hampir 10%.
Direktur PT Suparma Tbk Hendro Luhur mengatakan, anggaran untuk investasi Paper Machine (PM) No. 11 ini akan menggunakan kas internal (self financing) sebanyak 22% dan sisanya dari dana kreditor bank dalam bentuk hutang jangka panjang sebanyak 78%. SPMA telah memperoleh komitmen dari beberapa bank yang siap mendanai 78% sisa pendanaan rencana investasi tersebut.
“Kenapa baru sekarang saya paparkan rencana investasi Paper Mechine No. 11 ini, dalam acara Paparan Publik hari ini. Karena komitmen bank-bank baru diperolah sekitar minggu lalu. Setelah kita punya rencana anggaran USD23 juta, kita memang menghitung bagaimana pendanaannya. Kita telah mendapatkan komitmen dari beberapa bank untuk mendanai sisa dana 78%, bentuknya hutang jangka panjang 5 tahun,” kata Hendro dalam Paparan Publik PT Suparma Tbk secara darling, Senin (25/11/2024).
Hendro mengatakan, porsi pendanaan dari pinjaman bank untuk PM No. 11 relatif lebih
besar dibandingkan dengan beberapa investasi sama sebelumnya yakni PM No. 8,9, dan 10. Pendanaan untuk PM No. 8 adalah 100% kas internal. Kemudian, PM No. 89 kas internal 20% dan pinjaman bank 80%, sementara PM No. 10 dana internal 100%.
“Kali ini porsi pendanaan bank untuk PM No. 11 besar karena kita 2023 lalu mengalami penurunan penjualan bersih cukup signifikan dan untuk investasi ini kita putuskan bahwa self refinancing 22% dan sisananya didanai bank kreditur berbentuk hutang jangka panjang,” terang Hendro.
Sementara Kepala Divisi PT Suparma Tbk Buyung Oktoviano menambahkan, investasi untuk menghasilkan produk tisu masih akan menjadi strategi pengembangan perseroan ke depan, mengingkat prospek pasar tisu yang juga masih menjanjikan.
“Kita melihat produksi tisu masih menjanjikan di Indonesia, hasil riset juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang yang sangat besar sekali ini diketahui penggunaan tisu baru 0,5 kg per tahun per orang. Ini sangat berbeda dengan negara-negara tetangga kita seperti Singapura sebesar 27 kg/tahun/orang, dan Malasyia 21,5 kg/tahun/orang. Indonesia sangat jauh sekali ini sehingga opportunity untuk menambah produksi tisu juga sangat besar,” kata Buyung.
Sejauh ini, lanjut dia, perseroan dengan produk tisu premium masih menyasar supermarket yang terbatas. Keterbatasan pasar ini tak lepas dari ketersediaan dua mesin produksi tisu yang dimiliki Suparma.
“Output dua mesin produksi tisu menjadi kita terbatas pasarnya. Pasar Horeka kita belum bisa kita penuhi 100%, kita juga masuk selektif market, tidak bisa menjangkau semua market. Karena itu, kita akan menambah mesin-mesin baru khusus produk tisu ini,” pungkas Buyung. ros
Komentar