Hermanto Tanoko Tidak Anti Brand Asing, Tapi Geregetan

CEO Tanobel Grup Hermanto Tanoko. Foto: Tangkapan Layar Youtube

SURABAYA, InvestorJatim – CEO Tanobel Group, Hermanto Tanoko menegaskan dirinya tidak anti dengan brand asing. Namun ia juga tidak bisa menyembunyikan perasaan “geregetan”.

“Sering perasaan saya itu geregetan atau mungkin kayak emosional,” kata Hermanto dalam dialog dengan E.L. Sajogo, S.H., MCIARB, Managing Partner MS&A Law Firm yang diunggah di Channel Youtube Hermanto Tanoko baru-baru ini.

Hermanto terang-terangan menyebut alasan geregetan dengan brand asing. Dia mencontohkan seperti perusahaan segede Apple yang baru-baru ini hendak masuk ke Indonesia dan minta insentif pajak sampai 50 tahun.

Kan tidak masuk akal Pak, kami yang lokal-lokal ini kalau sampai itu disetujui oleh pemerintah pun kan nggak fair ya menurut saya. Karena kami perusahaan lokal kan juga berinvestasi, bahkan lebih serius. Beli tanah, beli mesin, terus kita mempersiapkan segala sesuatunya secara mandiri,” beber dia.

Sementara brand asing yang datang ke Indonesia, kebanyakan sewa. Mereka tidak mau mengeluarkan investasi yang besar. Mesin juga leasing. Bisa juga dari pihak ketiga perusahaan Indonesia yang disuruh investasi.

Baca Juga:  lndahnya Berkah Ramadan ! Moorlife Ajak 5.000 Anak Yatim Berbuka Puasa Bersama

“Iya, disuruh invest mesinnya. Jadi mereka nggak mau invest. Terus nanti truk-truk milik distributor mereka, nggak invest lagi. Jadi sangat low investment. Mereka cuma bawa brand saja. Nah makanya saya ngomong kadang-kadang ya, waduh kalau Indonesia ini dikuasai oleh brand-brand asing, itu sesungguhnya masa depan Indonesia suram.”

Makanya, Hermanto sering sharing dengan para pengusaha Indonesia lainnya. Bahwa, untuk mengembangkan brand lokal dan bisa menjadi yang nomor satu di Indonesia kita harus bisa bermain di kancah global.

“Jadi Indonesia jangan diserang, kita yang nyerang ke luar negeri. Sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju yang membanggakan,” ujarnya.

Hermanto telah membuktikan ucapannya itu melalui investasi brand lokal Moorlife. Setelah diserang dengan ketatnya oleh brand asing dan memenangkan gugatan, Moorlife pun akhirnya melihat pasar dunia. Sejak 2019 Moorlife menembus pasar ekspor, ke Filipina, Brunei, Arab dan beberapa negara lain.

Kini, Moorlife yang tadinya mau dimatikan tak hanya berjaya di negeri sendiri, tapi juga di negara lain dengan banyak jaringan di setiap negara. Bahkan, sekarang penjualan ekspor bisa melebihi penjualan lokal.

Baca Juga:  Moorlife 11 Kali Digugat, Melawan dan Menang

“Nah ini namanya yang lokal melawan asing di luar negeri, di lahan mereka. Saya buktikan, makanya strategi itu penting,” tutur Hermanto. Amrozi Amenan

Komentar