OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Meningkatnya Dinamika Perekonomian

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan (RDKB) Februari 2025 secara virtual, Selasa (04/02/2025). Foto: Tangkapan Layar Youtube

JAKARTA, InvestorJatim – Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga, di tengah tantangan perekonomian global dan domestik.

“Kami melihat bahwa stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil dan pasar keuangan menguat di tengah sentimen positif akibat periode cut cycle bank sentral atau pemotongan tingkat bunga bank sentral di berbagai negara,” kata Mahendra dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan (RDKB) Februari 2025 secara virtual, Selasa (04/02/2025.

Namun demkian, kata Mahendra, pihaknya tetap mewaspadai bahwa prospek aktivitas perekonomian dunia melemah. Pertumbuhan ekonomi terindikasi mengalami penurunan di mayoritas negara utama.

“Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi tetap solid dengan aktivitas ekonomi didukung oleh konsumsi domestik. Inflasi berada di level 3 persen yoy pada Januari 2025 dan core CPI naik ke 3,3 persen yoy menunjukkan bahwa tekanan harga di luar sektor energi dan pangan masih cukup tinggi,” jelas Mahendra.

Selain itu, Mahendra juga mengatakan, pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran turun ke 4 persen, meski angka peningkatan Nonfarm Payroll jauh lebih rendah dari ekspektasi pasar. Kebijakan moneter cenderung netral, dengan The Fed diperkirakan hanya akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) 1 hingga 2 kali di tahun 2025.

Baca Juga:  Bank Jatim Sukses Jadi Tuan Rumah Kegiatan FKDK BPDSI, Perkuat Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris

Dari sisi geopolitik, upaya penyelesaian konflik Ukraina dan Rusia belum menemukan titik terang pascapertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih baru-baru ini yang tidak mencapai kesepakatan.

“Rencana penerapan tarif baru AS terhadap negara mitra dagang juga meningkatkan ketidakpastian,” ujarnya.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di Tiongkok cenderung tertahan dengan CPI tercatat masih rendah sebesar 0,5 persen yoy, dan indeks harga produsen (PPI) terus mengalami kontraksi. Adapun PMI masih di zona ekspansi namun turun menjadi sebesar 50,1, di bawah ekspektasi pasar.

Sementara itu, Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan, menunjukkan pendekatan hati-hati dalam pelonggaran moneter.

“Tiongkok juga memperketat regulasi ekspor rare earth yang dapat berdampak pada industri teknologi global,” ujar Mahendra.

Dari sisi domestik, inflasi cukup terkendali dengan inflasi Januari tercatat 0,76 persen yoy, dan inflasi inti sebesar 2,26 persen yoy yang menunjukkan permintaan domestik masih cukup baik.

“Namun demikian, perlu dicermati indikator permintaan domestik lainnya, di antaranya berlanjutnya penurunan penjualan kendaraan baik motor dan mobil, penurunan penjualan semen, serta perlambatan pertumbuhan harga dan penurunan volume penjualan rumah,” ujarnya.

Baca Juga:  OJK Jatim Tingkatkan Literasi Aset Kripto

Di sisi supply, PMI Manufaktur pada Januari 2025 naik ke level 51,9 dari sebelumnya 51,2. Kinerja eksternal tetap solid di tengah perlambatan ekonomi global, terlihat pada surplus neraca perdagangan yang terus berlangsung, pada Januari 2025 meningkat ke USD 3,45 miliar (Des-24: USD 2,24 miliar), tumbuh sebesar 71,71 persen yoy. ros

Komentar