
SURABAYA, Investor Jatim – Emiten produsen furnitur dan komponen bangunan, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) memperluas pasar ekspor terutama di kawasan Eropa dan Asia guna mengantisipasi dampak kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan pemerintah AS terhadap Indonesia mengingat dominasi pasar ekspor AS saat ini.
“Kami punya beberapa negara tujuan untuk building komponen, terutama plywood ya. Kami jual ke Jepang, sedikit juga ke Taiwan, Korea, dan sedikit juga ke India. Untuk chlorine, kami jual ke berbagai negara di Uni Eropa, yaitu Belanda, Germany. Itu yang sampai sekarang ini yang saya dari PO-PO yang sudah di tangan, itu kami kedua negara tersebut. Mungkin akan ada tambahan lagi, tapi sampai saat ini yang saya baca dari PO adalah Belanda, kemudian Jerman,” kata Direktur PT Integra Indocabinet Tbk, Wang Sutrisno pada paparan publik PT Integra Indocabinet Tbk secara virtual, Selasa (10/6/2025).
Wang menegaskan, satu hal yang membedakan perseroan dengan kompetiternya adalah selalu improve baik dari sisi produk maupun pengelolaannya dan itu juga yang mengantarkannya bisa bertahan selama 30 tahun lebih di kancah internasional.
“Kami itu fleksibel, adaptif terhadap perubahan-perubahan baik itu dari sumber bahan baku, dari teknologi pengerjaannya kami cukup adaptif terhadap perubahan-perubahan baik terhadap pasarnya. Contoh yang sangat relevan kalau kita lihat saat ini, bagaimana WOOD itu selalu adaptif terhadap pasar. Ini juga lesson yang kita akan bisa lakukan untuk menghadapi lima tahun ke depan,” tegasnya.
Kata Wang, jauh sebelum kebijakan tarif Trump diberlakukan pada April 2025 lalu, WOOD sudah bisa membaca dan mengantisipasinya.
“Kami belajar banyak bahwa resiko ketergantungan pada produk dan customer yang berlebihan itu kurang baik untuk bisa sustain, karena faktor resiko yang terekspos adalah terlalu besar,” ujarnya.
Selain itu, WOOD juga belajar dari naik turunnya revenue di tahun-tahun sebelumnya, sehingga perlu melakukan diversifikasi, pengembangan produk baru, dan pasar baru. WOOD berharap tahun ini, walaupun belum bisa menggeser, ketergantungan kepada pasar Amerika secara signifikan bisa dikurangi. Termasuk mengurangi ketergantungan kepada beberapa customer di pasar ekspor. Salah satunya melalui penggunaan brand sendiri.
“Bulan Mei ini kami sudah berhasil melakukan ekspor flooring ke pasar Eropa. Langkah ini bukan langkah mudah, pelu persiapan yang panjang. Jadi bagi kami, itu adalah salah satu bukti bahwa kami cukup adaptif, kami cukup nimble terhadap perubahan-perubahan, dan bisa membaca paling tidak resiko-resiko yang kami hadapi, dengan mencoba me-manage resiko itu lebih baik untuk kedepannya,” ungkap Wang.
Wang mengakui selama ini kontribusi pasar AS terhadap penjualan perseroan di atas 90%, dia berharap tahun ini bisa ditopang oleh pasar di luar AS, sehingga kontribusinya bisa di kisaran 80%-85%. Kenapa pasar AS mendominasi, karena memang negara ini menjadi importir terbesar untuk produk building component dan furnitur berbahan kayu, yang didorong oleh tingginya permintaan. Bahkan, tidak heran negara penghasil lainnya seperti China, Amerika Selatan hingga Vietnam, Malaysia dan Kamboja juga menjadikan AS sebagai tujuan utama.
Karena itu, banyak pihak masih mempertanyakan dampak kebijakan Tarif yang diterapkan oleh Trump pada kinerja WOOD tersebut.
“Bagaimana nantinya setelah tanggal 8 atau 9 Juli, hanya Trump (Presiden AS Donald Trump) dan Tuhan yang tahu. Karena negosiasi yang tengah diupayakan setiap negara termasuk Indonesia dipengaruhi banyak hal,” ucap Wang.
Wang menjelaskan, meski diliputi perang tarif dagang kinerja perseroan di awal tahun 2025 masih tumbuh positif. Pada kuartal I-2025, penjualan WOOD tercatat sebesar Rp 773,50 miliar, naik 20,61% dibandingkan periode sama tahu sebelumnya sebesar Rp 641,31 miliar.
Penjualan tersebut masih ditopang oleh pasar ekspor yang mencapai Rp 769,18 miliar atau berkontribusi sebesar 99,4%. Kemudian disusul penjualan lokal senilai Rp 4,31 miliar. Untuk produk, perseroan masih mengandalkan penjualan dari building component, set up, knock down, termasuk produk yang baru dikembangkan tahun ini, yakni outdoor furniture dan flooring.
Kinerja positif tersebut, kata Wang, WOOD tetap optimistis dengan target pertumbuhan sebesar 25% di tahun 2025 ini.
“Tahun 2025 memang penuh tantangan denegan adanya aturan tarif baru AS, karena memang pasar AS menjadi andalan penjualan perseroan. Tapi kami percaya, dengan pengalaman di industri ini, kami tetap menyikapi tantangan itu sebagai sebuah opportunity. Kami tetap optimis tahun ini bisa tumbuh 25 persen,” pengkas Wang. Daristama
Komentar