
SURABAYA, InvestorJatim – Sejak awal tahun, kinerja ekonomi nasional belum menunjukkan pergerakan yang cukup signifikan. Bahkan, momen puasa dan menjelang hari Raya Idul Fitri yang biasanya menjadi pengungkit terbesar bagi pertumbuhan ekonomi juga tidak tampak.
Terhadap kondisi ekonomi demikian, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Bidang Hubungan Antar Lembaga Fitradjaja Purnama berharap agar pemerintah harus benar-benar berusaha membangun kepercayaan publik dengan memperbaiki situasi politik dan ekonomi. Menurut dia, sekalipun pemerintah telah mencanangkan target pertumbuhan ekonomi 2045 bakal tembus 8%, tetapi arah kebijakan yang mengarah kepada target tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 8% belum terlihat jelas.
“Hal ini perlu diperjelas peta jalannya, baik secara ekonomi maupun politik. Untuk itu pemerintah harus benar-benar berusaha membangun kepercayaan publik dengan memperbaiki situasi politik dan ekonomi,” kata Firtadjaja di Surabaya, Jumat (7/3/2025).
Lebih lanjut Fitradjaja membeberkan, bahwa tingkat kepercayaan masyarakat dan dunia usaha kepada pemerintah harus dibangun melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Termasuk di antaranya menindak tegas berbagai jenis korupsi yang tengah menjadi perbincangan hangat serta memberikan solusi yang tepat agar tidak terjadi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Tidak kalah penting, efisiensi anggaran yang dilakukan juga harus dijelaskan secara gamblang, sehingga tidak menimbulkan keraguan masyarakat. Karena bagaimanpun, nilai efisiensi anggaran APBN yang dilakukan pemerintah sebenarnya tidak sebesar nilai rupiah dari sektor swasta yang berputar di masyarakat.
Dengan kata lain, dampak belanja pemerintah terhadap perputaran ekonomi Indonesia juga mungkin hanya 3-5 kali lipat. Sederhananya, jika belanja pemerintah mencapai Rp 3.000 triliun, maka perputaran terbesar mungkin hanya sekitar Rp 15 ribu triliun.
“Di luar itu, sebenarnya ada perputaran uang yang nilainya bisa jauh lebih besar. Tetapi perputaran uang ini tidak bisa terlepas dari kebijakan pemerintah yang mempengaruhinya. Karena sebetulnya swasta memiliki daya tahan 20 kali lipat dari Rp 3.000 triliun. Sehingga kita tidak harus tergantung pada pemerintah. Tetapi orang yang saat ini memiliki uang tidak mudah untuk berinvetasi karena didasari hilangnya kepercayaan yang ada,” terang Fitradjaja.
Di sisi lai, sejauh ini Kadin Jatim senantiasa mendorong seluruh pelaku usaha untuk berinvestasi, mengembangkan usaha mereka agar ekonomi kian melejit dan tercipta lapangan pekerjaan yang lebih luas. Tetapi mereka kini beralasan masih menunggu (wait and see).
“Aduh nanti dulu lah nunggu dulu. Lah, kemarin nunggu kejelasan setelah pemilu presiden baru, presiden baru sudah dilantik, kabinet sudah terbentuk, masih nanti dulu karena masih dianggap belum jelas. Postur politiknya itu seperti ini, figur politiknya itu loh belum jelas, kok masih seperti masih tawar-menawar. Problem politik ini sangat berdasar bagi problem ekonomi kita,” tegasnya.
Maka yang harus dilakukan sekarang adalah memulai dari pimpinan nasional Indonesia. Ia harus mampu meyakinkan publik bahwa saat ini ada pimpinan tertinggi. “Bahwa ada satu orang pimpinan tertinggi di republik ini. Itu solusinya. Karena ini memang persoalan yang terjadi,” tandas Fitradjaja.
Presiden Prabowo, lanjut dia, harus mampu membangun kepercayaan. Presiden harus berani dipercaya dan tidak boleh melempar kepercayaan kepada orang lain.
Ibaratnya, jika kepercayaan telah terbangun, maka optimistis rakyat akan mudah dikomando. Dan pada akhirnya, yang memiliki uang akhirnya menyadari dan percaya bahwa negara ini berjalan bagus sehingga mau berinvestasi.
“Uang yang selama ini disimpan akhirnya dikeluarkan untuk diputar lagi sebagai modal,” pungkas Fitradjaja. ros
Komentar