
BONTANG, INVESTOR JATIM — PT Pupuk Indonesia (Persero) terus memperkuat pasokan pupuk bersubsidi jelang puncak musim tanam akhir tahun 2025. Melalui kegiatan pelepasan kapal pengangkut pupuk bersubsidi di Kawasan Industri Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), Bontang, perusahaan memastikan distribusi berjalan lancar dan sesuai harga eceran tertinggi (HET) terbaru.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan pelepasan kapal ini merupakan langkah antisipatif untuk menjaga ketersediaan pupuk di daerah pertanian pada masa tanam puncak.
“Hari ini kami melepas pengiriman pupuk bersubsidi sebanyak 4.650 ton menuju Sumbawa, NTB. Ini menjadi bagian dari kesiapan kami menghadapi meningkatnya kebutuhan pupuk di musim tanam,” ujar Rahmad, Jumat, 31/10/2025.
Sebelumnya, Pupuk Indonesia juga telah melepas pengiriman pupuk bersubsidi dari sejumlah gudang di Jawa Timur, seperti Petrokimia Gresik ke Bojonegoro, Tuban, dan Ngawi.
Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menurunkan HET pupuk bersubsidi hingga 20 persen, berlaku sejak 22 Oktober 2025. Kebijakan tersebut diumumkan langsung oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan dinilai menjadi terobosan penting di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Penurunan HET ini adalah kebijakan bersejarah yang menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap petani. Kami di Pupuk Indonesia siap memastikan distribusi pupuk berjalan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran,” kata Rahmad.
Rahmad menambahkan, seluruh kios resmi di Indonesia telah menerapkan HET terbaru. Sistem Integrasi Pupuk Bersubsidi (i-Pubers) juga telah diperbarui agar petani bisa menebus pupuk sesuai ketentuan baru. Selain itu, stiker HET telah ditempel di seluruh titik serah untuk memastikan transparansi harga.
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Gusrizal, menegaskan pihaknya siap menjaga keandalan produksi agar pasokan tetap stabil.
“Ketahanan dan swasembada pangan nasional hanya bisa dicapai jika produktivitas tanaman tinggi. Karena itu, kami memastikan ketersediaan pupuk terjaga untuk seluruh petani terdaftar,” ujarnya.
Sebagai BUMN yang memegang mandat penyediaan pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia terus menjalankan prinsip distribusi 7T (tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, mutu, harga, dan sasaran). Selain itu, perusahaan juga aktif mengedukasi petani melalui program Rembuk Tani, sebagai ruang dialog mengenai kebijakan pupuk dan penerapan teknologi digital pertanian.
Stok Nasional Capai 1,44 Juta Ton
Hingga akhir Oktober 2025, Pupuk Indonesia mencatat stok pupuk bersubsidi nasional sebesar 1,44 juta ton untuk seluruh petani terdaftar. Dari jumlah tersebut, 276.435 ton dialokasikan ke Pulau Kalimantan, yang terdiri atas 48.259 ton pupuk bersubsidi dan 228.176 ton pupuk non-subsidi.
Khusus di Kalimantan Timur, tersedia 207.375 ton pupuk, termasuk 4.603 ton bersubsidi dan 202.772 ton non-subsidi, cukup untuk memenuhi kebutuhan petani selama 55 hari ke depan.
“Harga pupuk yang terjangkau menjadi kunci produktivitas. Setiap kenaikan Rp1.000 bisa menurunkan tingkat pemupukan hingga 14 persen. Karena itu, penurunan HET bukan sekadar kebijakan ekonomi, melainkan strategi menjaga keberlanjutan usaha tani dan kemandirian pangan,” tutup Rahmad.(Onny Asmara)









Komentar