Berkunjung ke Kadin Jatim, Swiss Komitmen Dukung Penguatan Ekosistem Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di Jawa Timur

Kunjungan Program Manager, Private Sector Development, SECO Bern, Jonas Grunder ker Kadin Jatim yang disambut oleh Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto dan General & Administration Director PT Satoria Group, Enge Cristiana, Rabu (16/10/2024). Foto: Dok. Kadin Jatim

SURABAYA, investorjatim – Pemerintah Swiss melalui State Secretariat for Economic Affairs (SECO) berkomitmen mendukung Jawa Timur untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan ekosistem pendidikan dan pelatihan vokasi (VET) dengan menyelaraskan pembelajaran di institusi pendidikan dengan kebutuhan ril industri.

“Melalui program Swiss Skills for Competitiveness (SS4C), kami mendorong penerapan elemen-elemen penting dari sistem vokasi ganda (dVET). Kemitraan strategis dengan Kadin dan TKDV di Jatim akan membantu menjembatani kesenjangan keterampilan (skills gap), meningkatkan daya saing perusahaan lokal, dan pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan ekonomi secara berkelanjutan di Jawa Timur,” ungkap Program Manager, Private Sector Development, SECO Bern, Jonas Grunder saat berkunjung ke Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Rabu (16/10/2024).

Kedatangan Grunder ke Kadin Jawa Timur kali ini untuk melakukan evaluasi kerja sama antara Swisscontact dengan Kadin Jatim dalam pelaksanaan Program Skills for Competitiveness (S4C), kini Swiss Skills for Competitiveness (SS4C), sejak tahun lalu.

Sementara itu, Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengungapkan komitmennya dalam membangun ekosistem pendidikan dan pelatihan vokasi yang baik dan benar. Untuk itu, Kadin Jatim telah bekerja sama dengan IHK Trier Jerman sejak tahun 2016 hingga 2024.

“Harapan saya, kerja sama dengan Swisscontact dalam program ini dapat berlangsung dalam jangka waktu lama, bisa sampai 10 tahun, seperti dengan IHK Trier Jerman, dari tahun 2016 hingga 2024,” kata Adik.

Menurut Adik, Program SS4C memiliki sejumlah ciri khas. Selain dalam hal pembekalan tenaga pendidik melalui pelatihan pelatih tempat kerja, Program SS4C juga melakukan pelatihan peningkatan produktivitas, analisa biaya atau ‘cost and benefit analysis’, dan melakukan pendampingan di teaching factory (Tefa). “Kita diwajibkan mendampingi Perguruan Tinggi vokasi yang memiliki Tefa. Kebetulan Swissontact sudah bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jember (Polije) dengan melakukan pendampingan Tefa Polije,” ungkapnya.

Tefa adalah sebuah model pembelajaran dengan membuat industri di sekolah vokasi maupun perguruan tinggi vokasi yang berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.

“Tefa ini dibuat dengan tujuan agar bisa menjadi tempat belajar bagi mahasiswa. Tetapi tentunya industri ini harus berjalan dengan baik agar bisa menjadi tempat belajar. Oleh karena itu, kami berusaha mencarikan partner industri agar bisa menerima produk Tefa. Selain Polije, sudah banyak PT yang memiliki Tefa. Dan Kadin berkomitmen untuk mendampingi semua Tefa di seluruh PT,” ujarnya.

Selain itu, Adik juga berharap kerja sama juga diperluas dengan pemagangan di Swiss, khususnya di sektor pariwisata, hotel dan restoran. “Karena potensi di Swiss bagus di pariwisata, seperti Jerman. Harapan kami di 2025 ada pemagangan dari Jatim ke Swiss, seperti kerja sama kami dengan Jerman dengan mengirimkan siswa magang ke sana,” kata Adik.

Pada kesempatan yang sama, General & Administration Director PT Satoria Group, Enge Cristiana mengungkapkan bahwa pelaksanaan kegiatan vokasi atau pemagang telah memberikan manfaat sangat banyak kepada perusahaan. Salah satunya adalah mempermudah perusahaan untuk mendapatkan SDM atau tenaga kerja yang siap kerja.

“Apabila vokasi ini terus dilaksanakan dengan baik, maka saya pastikan perusahan akan mendapatkan manfaat-manfaat lain, di antaranya adalah kemudahan rekrutmen. Dari sisi rekrutmen SDM, sudah pasti akan menghemat biaya karena kita memiliki database yang banyak,” katanya.

Saat ini, pihaknya telah melakukan kerja sama dengan 24 lembaga pendidikan, baik dari SMK, politeknik dan universitas, dengan jumlah pemagang yang mencapai sekitar 185 pelajar.

Manfaat kedua adalah perusahaan akan mampu meningkatkan produktivitasnya. Karena tanpa pelatihan vokasi di perusahaan, maka SDM yang didapatkan adalah lulusan yang belum siap kerja. “Dengan pelatihan vokasi, akan lahir SDM baru yang mendapatkan pelatihan lebih awal dan mendapatkan penambahan ilmu sehingga mereka sudah siap dipakai oleh perusahaan,” ujarnya.

Ia berharap, ke depannya akan ada banyak perusahaan ikut berpartisipasi aktif dengan mengikuti berbagai pelatihan vokasi yang digelar, sehingga revitalisasi vokasi bisa semakin membumi dan diketahui banyak pihak. Kerja sama dengan institusi pendidikan juga semakin meluas. ros

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *